Site icon trinityordnance

Pajak Baru Diterapkan di Ekacakra, Warga Mulai Beradaptasi

[original_title]

Trinityordnance.com – Penguasa di Negara Ekacakra, Prabu Baka, telah kehilangan kekuasaannya akibat perilakunya yang sewenang-wenang. Dalam kepemimpinannya, Baka menerapkan kebijakan pajak yang sangat membebani rakyat, membawa penderitaan kepada mereka yang sudah hidup dalam kemiskinan. Di balik itu, ia dan para pengikutnya hidup dalam kemewahan hasil “sumsum” yang mereka sedot dari rakyat.

Pajak adalah kewajiban warga negara, namun penguasa harus memahami bahwa tujuan utama negara adalah untuk memberikan kesejahteraan, bukan sebaliknya. Para pengelola yang diberikan amanah harus bijak dalam mengambil keputusan demi kepentingan publik.

Cerita ini berlanjut dengan Kunti dan lima anaknya yang selamat dari tragedi kebakaran tempat tinggal mereka. Setelah menemukan tempat perlindungan di Kahyangan Saptapratala, mereka harus menghadapi ancaman dari raja dan penguasa Ekacakra yang rakus, Prabu Baka. Upaya Sengkuni untuk membinasakan Pandawa demi kepentingan Kurawa menjadi salah satu latar belakang ketegangan ini.

Di tengah kesulitan, Kunti dan anak-anaknya sekali lagi dipaksa untuk berpindah tempat tinggal. Ketika mereka tiba di Kampung Manahilan, pasangan Ijrapa dan Ruminta memberikan tempat berteduh, namun mereka juga mengungkapkan ketakutan terhadap Prabu Baka yang mengharuskan mereka menyerahkan anak mereka sebagai pajak. Merasa kasihan dan berempati, Kunti menawarkan anaknya, Bratasena, sebagai pengganti.

Namun, Bratasena, yang ternyata memiliki kekuatan luar biasa, melawan balik dan berhasil mengalahkan Baka. Kemenangan ini disambut gembira oleh rakyat Ekacakra yang telah lama menderita di bawah kekuasaan yang zalim. Kunti mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan dan perlindungan yang diberikan oleh warga setempat. Kisah ini menjadi simbol harapan baru bagi rakyat yang ingin bebas dari pemerintah yang menindas.

Exit mobile version