Trinityordnance.com – Pemerintah Inggris mempertimbangkan untuk menghentikan praktik pemusnahan massal luwak, atau yang dikenal sebagai culling badger, dalam upaya mengatasi penyebaran penyakit bovine tuberculosis (bTB) yang merugikan sektor peternakan. Langkah ini diambil setelah lebih dari 210.000 luwak dibunuh sejak tahun 2013, meskipun pengurangan jumlah hewan tersebut tidak membawa perubahan signifikan dalam penurunan tingkat bTB, yang diperkirakan menimbulkan biaya sekitar 150 juta poundsterling per tahun bagi pemerintah dan peternak.
Sebuah laporan yang disusun oleh Charles Godfray, yang ditugaskan oleh pemerintah, mengindikasikan perlunya pendekatan baru yang lebih efektif daripada pemusnahan. Laporan ini menekankan pentingnya vaksinasi dan pengujian sebagai strategi utama untuk mengendalikan penyakit. Godfray berpendapat, mencapai target pemerintah untuk menghapus bTB pada tahun 2038 akan sulit tanpa perbaikan dalam penanganan penyakit ini.
Godfray juga menanggapi kritik yang menyebut luwak tidak berperan signifikan dalam penyebaran bTB, dengan menyatakan bahwa data masih menunjukkan kemungkinan penularan antara luwak dan sapi. Ia menegaskan bahwa fokus harus diperluas untuk mengurangi penularan di kalangan sapi, alih-alih hanya memfokuskan diri pada pemusnahan luwak.
Dari sisi akademis, James Wood, seorang pakar epidemiologi veteriner dari Universitas Cambridge, mengemukakan bahwa teknologi pengujian yang lebih baik, termasuk tes darah, telah membantu menekan penyebaran penyakit ini. Vaksinasi sapi juga dianggap efektif dalam mengurangi penularan di peternakan besar.
Menteri Pertanian, Daniel Zeichner, menyambut baik temuan laporan tersebut tetapi belum dapat menjamin keputusan akhir terkait penghentian pemusnahan luwak. Dia menegaskan komitmen pemerintah untuk memberantas bTB dengan dukungan dana pengembangan vaksinasi yang baru dan rencana strategi penanganan bTB yang lebih komprehensif dijadwalkan rilis awal tahun depan.