Trinityordnance.com – HIV/AIDS sering disalahartikan sebagai penyakit yang dapat menular melalui sentuhan biasa, padahal penularan ini tidak terjadi dalam interaksi sosial sehari-hari. Esensi dari kesalahpahaman ini sangat berpengaruh, mengakibatkan stigma yang signifikan terhadap penyandang HIV/AIDS dan merampas hak dasar mereka sebagai individu.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merusak sistem kekebalan tubuh dengan menyerang sel CD4. Tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat berujung pada AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), di mana tubuh menjadi rentan terhadap infeksi berat, seperti tuberkulosis dan kanker. Pengobatan antiretroviral (ARV) dapat membantu pengidap tetap sehat selama bertahun-tahun, namun stigma sosial yang dihadapi sering kali lebih menyakitkan daripada kondisi medis itu sendiri.
Penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah terkontaminasi, serta dari ibu ke anak saat melahirkan atau melalui ASI. Stigma yang ada di masyarakat membuat banyak individu merasa tertekan dan enggan untuk melakukan pemeriksaan HIV, meskipun deteksi dini sangat penting untuk perawatan.
Diskriminasi terhadap penyandang HIV/AIDS masih merajalela, di mana mereka dapat kehilangan pekerjaan atau ditolak akses ke fasilitas umum. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman di kalangan masyarakat adalah penyebab utama besarnya stigma ini. Oleh karena itu, edukasi dan informasi yang akurat sangat penting untuk mengurangi diskriminasi. Melalui pemahaman yang baik, diharapkan masyarakat dapat lebih peduli dan memberikan dukungan kepada penyandang HIV/AIDS, membantu mereka hidup lebih layak dan bermartabat.