Trinityordnance.com – Militer Israel baru-baru ini membongkar pusat-pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, menciptakan ketegangan baru setelah gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas yang mulai berlaku pada 10 Oktober 2025. Menurut sumber-sumber Palestina, tindakan tersebut ditujukan pada fasilitas yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah organisasi yang dibentuk di AS dengan dukungan dana pemerintah.
GHF didirikan pada Mei 2025 sebagai alternatif terhadap UNRWA dan lembaga internasional lainnya, menyusul tuduhan bahwa Hamas menyalahgunakan bantuan kemanusiaan untuk kepentingan militer. Fasilitas GHF, yang berlokasi di Gaza tengah dan selatan, berada di bawah pengawasan ketat tentara Israel, yang menyatakan lokasi tersebut sebagai tidak aman bagi penduduk lokal.
Penutupannya memicu protes di kalangan warga Palestina. Kantor media Hamas melaporkan bahwa sejak awal operasi GHF, lebih dari 2.500 orang tewas dan 18.000 lainnya terluka akibat insiden penembakan, meskipun angka tersebut belum diverifikasi secara independen. Pembongkaran dilakukan tanpa pemberitahuan, termasuk di daerah dekat pos pemeriksaan Netzarim yang dikuasai Israel.
Hingga kini, tidak ada tanggapan resmi dari pemerintah atau militer Israel mengenai isu ini, meskipun Radio Militer Israel menyebut bahwa “proyek pusat distribusi AS telah berakhir tanpa pengumuman resmi.” Tindakan ini datang di tengah upaya mediator internasional yang berusaha memulihkan aliran bantuan ke Gaza, di mana sekitar 2,3 juta penduduk sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan setelah dua tahun konflik berkepanjangan.