Trinityordnance.com – Istilah “julid” kini semakin populer di kalangan pengguna media sosial di Indonesia. Secara umum, julid merujuk pada sikap suka mengomentari kehidupan orang lain dengan nada negatif atau mencela. Dalam konteks penggunaan sehari-hari, seorang yang julid biasanya memberikan komentar yang tidak diminta, cenderung bersifat usil, dan sering kali bertujuan untuk mengkritik.
Kata ini berasal dari bahasa Sunda, “binjulid”, yang berarti lidah yang suka nyinyir. Proses penyerapan dan pemotongan kata ini ke dalam bahasa gaul Indonesia telah membuatnya dikenal lebih luas, terutama melalui platform seperti Instagram dan TikTok. Istilah ini sering muncul dalam interaksi santai di media sosial dan menjadi istilah yang relatable bagi banyak orang, menciptakan kesan humor sekaligus menggambarkan perilaku yang dianggap tidak pantas.
Contoh penggunaan kata julid antara lain, “Duh, dia julid banget, sih!” yang menunjukkan sikap negatif terhadap komentar seseorang. Meskipun memiliki konotasi negatif, istilah ini sering digunakan dengan nada bercanda di kalangan teman.
Untuk menghindari dicap julid, sebaiknya seseorang berpikir sebelum berkomentar, fokus pada hal positif, dan menghormati privasi orang lain. Dengan menghindari sikap julid, lingkungan sosial, baik di dunia nyata maupun di media maya, dapat menjadi lebih positif.
Kendati julid dan nyinyir sering dianggap mirip, terdapat perbedaan dalam konteks penggunaan. Nyinyir lebih ditekankan pada sindiran negatif, sedangkan julid mencakup perubahan sikap usil yang tidak selalu negatif. Dengan menjelaskan arti dan konteks istilah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan menerapkannya dengan bijak dalam interaksi sehari-hari.