Trinityordnance.com – Sebanyak 30 prajurit Kopassus yang tergabung dalam Kontingen Garuda (KONGA) III mencatatkan kisah heroik saat berhasil menaklukkan 3.000 pemberontak di Kongo. Meskipun jumlah mereka terbatas, keberanian dan strategi penyamaran sebagai hantu putih memberikan keuntungan signifikan dalam menghadapi situasi yang berbahaya ini.
Penugasan ini bermula pada tahun 1962 ketika Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Indonesia untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Republik Demokratik Kongo. Kontingen Garuda III, yang terdiri dari berbagai unsur militer termasuk Batalyon 531 Raiders dan Komando Pasukan Khusus, berangkat dari Indonesia dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris.
Selama bertugas di Albertville, Kongo, pasukan KONGA III beroperasi dalam lingkungan yang penuh resiko. Daerah tersebut merupakan markas milisi pemberontak yang dipimpin oleh Moises Tsombe, yang berusaha merebut daerah kaya mineral itu dari pemerintah Kongo yang saat itu dipimpin oleh Presiden Kazavubu.
Dalam salah satu pertempuran, sekitar 2.000 pemberontak menyerang markas KONGA III. Meskipun dalam kondisi terdesak, strategi dan keterampilan tempur dari prajurit Kopassus membuat mereka berhasil membalikkan keadaan. Kisah ini diceritakan oleh Letjen (Purn) Kemal Idris dalam bukunya “Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi,” yang menggambarkan dengan detail tantangan dan keberanian yang ditunjukkan oleh pasukan ini.
Prestasi mereka dalam misi ini bukan hanya menjadi kebanggaan TNI, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah misi perdamaian Indonesia di tingkat internasional.