Trinityordnance.com – Obesitas sentral, ditandai dengan penumpukan lemak di area perut, merupakan masalah kesehatan yang semakin diperhatikan oleh para ahli. Menurut Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, S.Gz., Dietisien, MPH dari Universitas Gadjah Mada, kondisi ini tak hanya menunjukkan kelebihan berat badan, tetapi juga berhubungan erat dengan berbagai penyakit serius, termasuk sindrom metabolik.
Dalam menjelaskan obesitas sentral, Dr. Mirza menekankan pentingnya pemahaman status gizi yang ditentukan oleh Indeks Massa Tubuh (IMT). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kategori IMT, di mana normal berada pada kisaran 18 hingga 23, overweight antara 23 sampai 25, dan obesitas jika di atas 25, dengan perhatian lebih pada nilai di atas 30. Namun, penilaian ini tidak mencakup lokasi lemak, yang menjadi fokus utama dalam penilaian obesitas sentral.
Obesitas sentral lebih umum terjadi pada pria, yang cenderung mengalami penumpukan lemak di perut, sementara pada wanita, lemak terdistribusi lebih merata di bagian tubuh lainnya. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung akibat tingginya kadar gula, tekanan darah, dan kolesterol.
Kondisi ini sering muncul pada usia di atas 40 tahun, tetapi dapat terjadi lebih awal akibat gaya hidup tidak sehat di usia muda. Penyebab utama dalam kelompok usia ini adalah kurangnya aktivitas fisik serta pola makan tinggi gula, garam, dan lemak.
Dr. Mirza menyarankan perubahan pola pikir dan pendekatan bertahap dalam diet. Mengubah pola makan dan gaya hidup dengan mengurangi asupan gula dan lemak, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur menjadi langkah esensial. Tanpa perubahan gaya hidup yang berkelanjutan, risiko berkembangnya penyakit kronis semakin meningkat, dan apa yang dipilih saat ini akan berdampak pada kesehatan di masa depan.